Jumat, 06 Juli 2012

TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
TEKNOLOGI PENDIDIKAN



MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Teknologi Pendidikan”


 









Disusun oleh :
MAD SA’I
F05411121

    Dosen Pembimbing :
    Dr. As’aril Muhajir, M. Ag



PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
A.    Pendahuluan
“Tiada hari tanpa teknologi”, itulah kata-kata yang relevan dengan kehidupan saat ini. Karena manusia seakan tidak bisa hidup tanpa menggunakan teknologi, baik kalangan remaja, dewasa, orang tua bahkan anak-anakpun ikut menikmati dan membaur dengannya. Hal itu disebabkan tidak lain oleh efek yang diberikan olehnya, yang menjadikan urusan semakin ringan, cepat dalam penyelesaian masalah dan dapat menghasikan nilai tambah.
Di samping itu, “education is life and life is education” yang menegaskan bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari proses pendidikan. Dalam kesehariannya selalu diliputi oleh nuansa-nuansa pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat maupun pendidikan formal (sekolah / madrasah). Karena dengannyalah mereka akan dibentuk sesuai dengan pola yang dikehendaki meskipun terkadang output yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Kedua istilah tersebut, yakni teknologi dan pendidikan, pada saat ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan memberikan pengaruh yang cukup besar. Tanpa pendidikan, teknologi tidak akan berkembang dan sebaliknya pendidikan tanpa teknologi akan berjalan secara lamban. Oleh karenanya dirasa cukup penting untuk membahasnya mengingat kebutuhan akan teknologi dalam aspek pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap yang ingin mengembangkan dan meningkatkan wawasan keilmuan dan keterampilannya.
Dalam mengembangkan pendidikan agama Islampun peran teknologi sangat penting. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran, media pembelajaran sangat perlu digunakan oleh pendidik agar peserta didik lebih bisa memahami dan merasa tertarik dengan materi yang disampaikan. Penjelasan tentang alam dan isinya atau proses penciptaan manusia itu akan lebih baik apabila menggunakan media terutama audio-visual. Dengan demikian peserta didik yang memiliki kemampuan beragam akan lebih mudah diatasi oleh pendidik.
Dalam makalah ini yang menjadi pokok bahasan ialah definisi teknologi, sejarah singkat, peran teknologi terhadap dunia pendidikan dan ruang lingkup teknologi pendidikan. Namun, kekurang sempurnaan sangat melekat dalam penulisan makalah ini sehingga masih mengharap kritik dan saran dari pembaca yang budiman.


B.     Pengertian Teknologi
Istilah Teknologi kerap kali diungkapkan oleh hampir setiap orang karena sudah melebur dengan kehidupan seseorang. Sehingga, dirasa penting untuk menjelaskan definisi dari padanya. Secara etimologis, teknologi berasal dari dua kata yaitu, Teknikhos dan logos. Teknikhos berarti metode, yaitu suatu teknik untuk mencapai tujuan praktis, sedangkan Logos mempunyai makna ilmu. Teknik sebagai akar teknologi juga berarti cara untuk menghadapi, mengerjakan, menangani dan menyesuaikan hal atau masalah. Dalam pengertian yang lain, teknologi juga berarti metode teknis, khususnya dalam riset ilmiah dan juga metode pencapaian yang diinginkan.[1] Di samping itu teknologi juga di artikan sebagai kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknis; ilmu teknik.[2]
Secara terminologis Yusuf Hadimiarsa dalam bukunya mengatakan, bahwa teknologi merupakan keseluruhan sistem untuk mengelola hasil hingga melahirkan nilai tambah.[3] Kemudian Nasution juga mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar yang memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu.[4] Namun di sisi lain dia mengatakan, bahwa teknologi adalah wujud dari upaya amnesia yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan/sains sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi semua umat manusia di muka bumi ini.
Sementara AECT (Association of Education and Communication Technology) 2004, memberikan definisi sebagai berikut, “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources”, yakni teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja.
Sedangkan Teknologi Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar. Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit. Definisi ini menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.
Di samping itu, Tom Cutchall (1999) mengemukakan bahwa Instructional technology is the research in and application of behavioral science and learning theories and the use of a systems approach to analyze, design, develop, implement, evaluate and manage the use of technology to assist in the solving of learning or performance problems.[5]
Semua teknologi pada hakikatnya adalah proses untuk mendapatkan nilai tambah. Proses itu memang menghasilkan produk yang bermanfaat. Sedangkan pemanfaatan produk itu tidak terlepas dari unsur budaya lain atau sistem yang telah ada. Jacques Ellul (1967), seorang sosiologi Prancis, mengartikan teknologi sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.[6] Gary J. Anglin (1991) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan mensistemi untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.[7]
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi merupakan metode teknis yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan hasil yang maksimal (nilai tambah). Metode ini tidak hanya dipakai dalam satu sektor kehidupan, melainkan dapat dimanfaatkan pada banyak sektor. Dalam pembahasan ini, pendidikan mendapatkan perhatian utama untuk menjadi bahan kajian yang berhubungan dengan teknologi.
Selanjutnya, berdasarkan paparan sebelumnya, maka teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.[8] Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia.

C.    Sejarah Ringkas Perkembangan Teknologi
Teknologi berkembang sejak awal periode Islam. Apresiasi umat Islam terhadap ilmu pengetahuan pada saat itu sangat menakjubkan. Pada bidang astronomi, ilmuwan Islam mendirikan beberapa observatorium Bait al-Hikmah di Baghdad, observatorium Da>r al-Hikmah di Kairo dan observatorium Taqi al-Di>n di Istambul. Orang-orang barat baru mendirikan dan memiliki observatorium sendiri pada tahun 1580 di Tycho Brahe (Denmark).[9] Pada saat itu pula, telah banyak lahir ilmuwan dan ahli pengembangan teknologi muslim, diantaranya:[10]
1.      Ja>bir Ibnu Hayya>n atau Jaber (721-815 H) adalah orang pertama yang menggunakan metode empiris dalam kegiatan observasinya, Jaber mendirikan bengkel dan menggunakan tungku untuk mengelola mineral dan mengekstrasi zat kimia dari mineral itu dan mengklasifikasikannya.
2.      Muhammad Ibnu Zakariyyah al-Razi>, adalah ilmuwan yang menggunakan alat khusus proses yang lazim dilakukan ahli kimia, seperti distalasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Dalam konsepsi al-Razi> golongan logam dibagi menjadi, jiwa tubuh, batu, vitricl, borax dan garam.
3.      Abu Ali> al-Hasan Ibnu Haitha>n (965-1039 H) atau al-Hazen, berhasil membuat cermin-cermin parabola dan sferis (bulat) serta menemukan perbandingan antara sudut datang dan sudut pergi pada bidang-bidang datar sehingga karyanya merupakan hasil penelitian yang lebih dahulu dari karya-karya di barat berkaitan dengan sifat-sifat cermin dan lensa.
Salah satu pengaruh kebangkitan eropa adalah penerjemah ilmu-ilmu Islam dari bahasa arab ke bahasa latin. Bangsa barat kemudian mulai banyak mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Munculnya paradigma Newtonian yang bersifat mekanistik deterministik, yaitu apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan terlebih dahulu secara benar dan akurat, maka kondisi selanjutnya dapat diprediksi secara lebih benar dan tepat. Paradigma inilah yang memacu timbulnya revolusi industri di Inggris dan menjalar ke daratan Eropa, bahkan ke Amerika.[11]
Terjadinya mekanisasi pada abad ke-17 diikuti energisasi pada abad ke-18, yaitu ditemukannya mesin uap, kapal uap, kereta uap, motor uap, dan penumbuk gandum. Optimalisasi pada abad ke-18 dan 19 dan otomatisasi pada abad ke-19 dan 20, dengan mesin-mesin mobil, pesawat terbang dan sebagainya.[12] Sedangkan menurut Micnio Kaku ada tiga revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke 20 dan 21, antara lain:[13]
1.      Revolusi Quantum: Revolusi Quantum dengan segala aplikasi teknologi dan rekayasa industrinya telah memungkinkan manusia membuat bahan-bahan atau materi-materi baru non alamiah dengan kekuatan dan sifat-sifat yang lebih baik dibanding materi alamiah.
2.      Revolusi Komputer: Revolusi komputer dengan segala aplikasinya juga telah memungkinkan umat manusia mengerti bagaimana sesungguhnya otak manusia bekerja. Komputer dengan sistem kerja robotik yang meniru kerja otak manusia sedang dirancang untuk dibuat.
3.      Revolusi Biomolekuler: Revolusi ini memberikan hal-hal baru dalam dunia kedokteran, seperti rekayasa genetika, trans genetik dan cloning, telah memungkinkan manusia untuk mengerti lebih dalam dari mekanisme kehidupan.

D.    Manfaat Teknologi
Penemuan macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma, cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi pembelajaran, antara lain metode penyampian dan cara penilaian. Alat-alat pembelajaran kebanyakan tidak diciptakan khusus untuk keperluan pembelajaran, kecuali mesin belajar. Selain itu pembelajaran memanfaatkan hasil teknologi seperti film, radio, TV, komputer dan sebagainya.[14]
Adanya alat pembelajaran yang serba lengkap belum tentu menjamin pemanfaatannya dalam pendidikan, sering terjadi gap antara “hardware” dan “software”. Banyaknya ragam alat pendidikan juga menimbulkan kesulitan untuk memiliki alat yang sesuai dengan bahan ajar atau materi pelajaran tertentu. Untuk memanfaatkan alat teknologi pendidikan dibutuhkan keterampilan dari pihak guru, serta sikap positif terhadap perkembangan alat teknologi pendidikan. Betapapun majunya alat teknologi pendidikan senantiasa memerlukan peran guru.
Selain itu tujuan pembelajaran, jika lebih spesifik maka akan lebih bagus. Karena tujuan pembelajaran yang spesifik, memudahkan pendidik dalam membimbing siswa untuk mencapai target setelah pembelajaran telah diselesaikan.[15] Oleh karena itu perlu adanya keahlian dalam pengembangan tujuan pembelajaran dari tujuan instruksional umum kepada tujuan instruksional khusus. Selain dari itu sebaiknya tujuan pembelajaran juga disampaikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran dimulai. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengaitkan prilaku atau prestasi yang diharapkan.[16]
E.     Peran Teknologi dalam Dunia Pendidikan
Penggunaan teknologi sangatlah bermanfaat dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam merupakan sub sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Perjalanan Pendidikan Islam tidak terlepas dari pasang surutnya sistem Pendidikan Nasional itu sendiri, sebagaimana tidak terlepasnya umat Islam ketika kita membicarakan nasib bangsa ini, dan bahkan Pendidikan Islam mempunyai sejarah panjang di Indonesia yang telah ikut mewarnai kehidupan bangsa ini baik masa sebelum penjajahan bahkan setelah Indonesia merdeka.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana masyarakatnya mayoritas memeluk Agama Islam, seharusnya Pendidikan Islam mendasari pendidikan-pendidikan lainnya, serta menjadi primadona bagi peserta didik, orang tua, maupun masyarakat. Demikian juga halnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan seharusnya Pendidikan Islam dijadikan tolok ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa.[17]
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, maupun para pakar pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan tak terkecuali Pendidikan Islam sudah sejak lama namun hasil yang dicapai belumlah maksimal. Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan masih bersifat parsial, terkotak-kotak dan tidak komprehensif. Sehingga wajar apabila output peserta didik dari pendidikan Islam kurang memberikan hasil yang maksimal baik terhadap peserta didik, orang tua, maupun masyarakat.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini maka teknologi pendidikan dalam pendidikan Islam juga diterapkan, agar dapat mendukung pendidikan Islam itu sendiri. Penggunanaan teknologi dalam praktek pendidikan Islam harus juga melihat situasi dan kondisi dimana teknologi pendidikan itu akan digunakan dalam praktek pendidikan Islam.
Jangan salah mengartikan bahwa teknologi pendidikan tidak hanya berhubungan dengan peralatan teknik dan media yang dipakai dalam pendidikan, seperti: overhead, projector, televise, slide projector, audio tape, rekaman video dan sebagainya.[18]
Teknologi pendidikan memiliki arti yang lebih luas dari penjelasan di atas, teknologi pendidikan dapat didefinisikan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem, teknik dan alat untuk tujuan meningkatkan proses belajar mengajar bagi manusia.[19] Jadi dalam prakteknya teknologi pendidikan dalam pendidikan bukan hanya penggunaan alat-alat elektronik dalam pembelajaran di kelas tetapi di luar itu teknologi pendidikan juga memiliki peran.
Misalnya dalam prakteknya teknologi pendidikan dalam pendidikan Islam, perumusan tujuan pendidikan didasarkan pada nilai-nilai keIslaman dengan memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji al-Qur’an, salat malam, saum (puasa) sunnah. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari. Proses penetapan tujuan untuk menghasilkan akhlak yang baik sampai proses untuk membentuk dan melatih akhlak tersebut merupakan proses dalam teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan memegang peran yang penting untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Teknologi pendidikan merupakan pendekatan sistematis dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi pendidikan, maka terjadilah kecenderungan-kecenderungan, sebagai berikut:[20]
1.      Terjadinya arah gradual ke arah pendekatan belajar yang lebih berpusat terhadap peserta didik (student centered approach learning). Perubahan ini ditandai oleh semakin bertambahnya penggunaan media belajar yang diindividualisasikan.
2.      Pertambahan secara eksplosif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara praktis dalam semua aspek pendidikan.
Kurikulum dan teknologi pendidikan saling melengkapi. Teknologi pendidikan berfungsi memperkuat pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum dikembangkan, maka itu menjadi fungsi teknologi pendidikan. Terminologi teknologi tidak hanya berkaitan tentang alat-alat atau mesin, namun juga berkaitan dengan kegiatan menerapkan ilmu atau pengetahuan atau usaha memecahkan masalah. Dengan demikian teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan yang sistematis untuk melakukan suatu kegiatan.
Teknologi pendidikan memiliki peran yang besar pada pengembangan kurikulum karena dalam merancang, menyusun, dan mengembangkan kurikulum menjadi sumber yang menentukan strategi pembelajaran dengan menempatkan pengajar tidak hanya sebagai pelaksana, namun juga sebagai perekayasa dalam proses pembelajaran. Rekayasa dilakukan pengajar yaitu pada prangkat keras dan pada perangkat lunak atau program belajarnya. Langkah-langkah mengembangkan program belajar:[21]
1.      Tahap program behavioral technology, tahap ini adalah pengembangan program pembelajaran dengan menganalisis tingkah laku dalam proses pembelajaran dan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.      Tahap instructional technology, kemampuan-kemampuan hasil teknologi tingkah laku dikembangkan ke dalam pengembangan program pembelajaran yang terpilih.
3.      Tahap performance technology, pengembangan program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.

F.     Pengembangan Pendidikan Islam melalui Teknologi
      Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan agama Islam merupakan sub sistem pendidikan nasional sehingga perlu juga perhatian dari elemen pendidikan. Karena dengannya akan mengalami perkembangan yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
      Dalam prakteknya, yakni kegiatan pembelajaran, teknologi juga dapat memberikan warna dan manfaat dalam pengembangan pendidikan agama Islam. Karena banyak varian yang digunakan baik berupa teori belajar, memilih kurikulum, memilih media dan sebagainya. Media sering dikaitkan dengan kata teknologi. Webster mengatakan bahwa teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi.[22] Selanjutnya, jika dikaitkan dengan pendidikan, Achsinn mengatakan bahwa teknologi merupakan perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.[23]
      Oleh karenanya, dalam kegiatan pembelajaran agama Islam perlu menggunakan dan memaksimalkan media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap pengembangan pendidikan agama Islam itu sendiri. Mulai dari pendidik yang harus memahami tentang agama, materi yang disampaikan, media yang digunakan maupun lingkungan yang ada harus dapat mengembangkan pendidikan agama Islam.
      Di samping itu, kebijakan pemerintah maupun sekolah harus memperhatikan pendidikan agama Islam. Karena dengan kebijakan itulah seseorang bisa menerjemahkan ke dalam kegiatan belajar mengajar.
      Dalam hal ini, teknologi sangatlah memberi manfaat besar, yakni mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. Disadari atau tidak, dengan adanya teknologi atau media dalam kegiatan pembelajaran siswa akan lebih tertarik jika dibandingkan dengan tidak menggunakan teknologi atau media. Akan tetapi jika pendidik tidak bisa memanfaatkannya dengan baik, semisal tidak bisa menggunakan atau gagap teknologi, maka itu akan memberi kesan tersendiri terhadap dirinya.


G.    Penutup
Dari penjelasan sebelumnya dapat diambil benang merahnya bahwa teknologi dan pendidikan merupakan dua elemen yang sangat besar peranannya dalam mengembangkan dan meningkatkan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diindikasikan melalui proses pendidikan dan pembelajaran yang menggunakan teknologi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan teknologi, kegiatan pendidikan akan lebih variatif, penggunaan media akan menambah kreatifitas siswa dan keterampilan serta penguasaan siswa terhadap materi pelajaran akan lebih komplek.
Penggunaan teknologi atau media dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan pelajaran yang disampaikan agar hasil yang diperoleh maksimal. Di samping itu, juga disesuaikan dengan kemampuan peserta didiknya. Peran teknologi dalam pengembangan kemampuan anak didik cukup signifikan sehingga menunut pendidik agar mampu menggunakan teknologi dengan baik, karena dengan teknologi penyapaian materi akan lebih variatif dan kegiatan akan semakin menarik.
Dalam mengembangkan pendidikan agama Islam, perlu memperhatikan kebijakan yang kemudian diterjemahkan ke dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana yang diamanahkan. Dalam hal ini, pendidik merupakan salah satu unsur penting, mulai dari memilih materi, teori, metode, teknik, strategi maupun media pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Achsin, A. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang, 1986.

Hadimiarsa, Yusuf. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 1986.

Janie, Umar A. Paradigma dan Regulitas Perkembangan IPTEK; dalamReliguisitas IPTEK, ed, Abdul Munir Mulkam, et.al. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Komaruddin. Ensiklopedi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Kuper, Adam dan Jessica Kuper. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam Berbasisi Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Miarso, Yusuf Hadi. Menyamai Benih Tekhnologi Pendidikan. PT. Kencana.

Mudhoffir. Teknologi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.

Munir. Kurikulum Berbasis Tekhnologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 2008.

Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Percival, Fred dan Henry Ellington. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 1988.

Richey, R.C. Reflections on the 2008 AECT Definitions of the Field. TechTrends, 2008.

Soejoeti. Al-Islam dan Iptek. Jakarta: Raja Grafindo, 1998.

Wardhana, Wisnu Arya. Melacak Teori Einsten dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Yusuf Qardawi. Al-Qur’an bebicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

Webster, Merriam. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary. Merriam-Webster Inc, 1983.



[1] Komaruddin, Ensiklopedi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 848. Dalam sumber lain disebutkan bahwa teknologi memiliki definisi banyak. Pertama, kata ini mengacu pada sebuah objek fisik atau artefak, seperti mobil. Kedua, ia bisa mengacu pada sebuah kegiatan atau proses, system produksi mobil, pola-pola organisasi di sekitar teknologi kendaraan, perilaku dan pengharapan dari para pengguna mobil, dan lain sebagainya. Ketiga, teknologi bisa merujuk pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam produksi atau penggunaan teknologi. Tapi secara konvensional, teknologi telah menjadi pusat perhatian ilmu social dan melihat dampaknya terhadap masyarakat, atau secara lebih spesifik, atas dampaknya pada tenaga kerja dan organisasi. Ini sejalan dengan determinisme teknologi yang dihubungkan dengan beberapa bentuk Marxisme: teknologi memiliki kapasitas untuk menentukan jalannya evolusi sejarah. Lihat pada Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 1087.
[2]  Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001), 498.
[3] Yusuf Hadimiarsa, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), 4.
[4] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2.
[5]  http://www.arches.uga.edu/~cutshall/tomitdef.html, pada hari Sabtu, 16 Juni 2012. Definisi menurut Cutchall ini sama seperti definisi AECT 1994. Dia menekankan bahwa teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu perilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.
[6] Yusuf Hadi Miarso, Menyamai Benih Tekhnologi Pendidikan, (PT. Kencana) , 302.
[7] Ibid., 302.
[8]  Richey R.C, Reflections on the 2008 AECT Definitions of the Field, (TechTrends: 2008), 24-25.
[9] Wisnu Arya Wardhana, Melacak Teori Einsten dalam Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 13.
[10] Soejoeti, al-Islam dan IPTEK, (Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 105-115.
[11] Umar A. Janie, Paradigma dan Regulitas Perkembangan IPTEK; dalam Religiusitas IPTEK, ed, Abdul Munir Mulkam, et.al, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 4.
[12] Ibid., 5.
[13] Ibid., 112-113.
[14]  Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 113.
[15] Mudhoffir, Teknologi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 64.
[16] Ibid., 29.
[17]Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 161.
[18]  Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 1988), 1.
[19]  Ibid, hal 9.
[20] Munir, Kurikulum Berbasis Tekhnologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), 39.
[21] Ibid., 39-42.
[22]  Merriam Webster, Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary, (Merriam-Webster Inc, 1983), 105.
[23]  A. Achsin, Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang, 1986), 10.