PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Teknologi
Pendidikan”
Disusun oleh :
MAD SA’I
F05411121
Dosen Pembimbing :
Dr. As’aril
Muhajir, M. Ag
PROGRAM PASCA
SARJANA
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
A.
Pendahuluan
“Tiada hari tanpa teknologi”, itulah
kata-kata yang relevan dengan kehidupan saat ini. Karena manusia seakan tidak
bisa hidup tanpa menggunakan teknologi, baik kalangan remaja, dewasa, orang tua
bahkan anak-anakpun ikut menikmati dan membaur dengannya. Hal itu disebabkan
tidak lain oleh efek yang diberikan olehnya, yang menjadikan urusan semakin
ringan, cepat dalam penyelesaian masalah dan dapat menghasikan nilai tambah.
Di samping itu, “education is life and life
is education” yang menegaskan bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari
proses pendidikan. Dalam kesehariannya selalu diliputi oleh nuansa-nuansa
pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat maupun pendidikan formal
(sekolah / madrasah). Karena dengannyalah mereka akan dibentuk sesuai dengan
pola yang dikehendaki meskipun terkadang output yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang diinginkan.
Kedua istilah tersebut, yakni teknologi dan
pendidikan, pada saat ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan memberikan pengaruh yang cukup
besar. Tanpa pendidikan, teknologi tidak akan berkembang dan sebaliknya
pendidikan tanpa teknologi akan berjalan secara lamban. Oleh karenanya dirasa
cukup penting untuk membahasnya mengingat kebutuhan akan teknologi dalam aspek
pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap yang ingin
mengembangkan dan meningkatkan wawasan keilmuan dan keterampilannya.
Dalam mengembangkan pendidikan agama Islampun
peran teknologi sangat penting. Misalnya dalam kegiatan pembelajaran, media
pembelajaran sangat perlu digunakan oleh pendidik agar peserta didik lebih bisa
memahami dan merasa tertarik dengan materi yang disampaikan. Penjelasan tentang
alam dan isinya atau proses penciptaan manusia itu akan lebih baik apabila
menggunakan media terutama audio-visual. Dengan demikian peserta didik yang
memiliki kemampuan beragam akan lebih mudah diatasi oleh pendidik.
Dalam makalah ini yang menjadi pokok bahasan
ialah definisi teknologi, sejarah singkat, peran teknologi terhadap dunia
pendidikan dan ruang lingkup teknologi pendidikan. Namun, kekurang sempurnaan
sangat melekat dalam penulisan makalah ini sehingga masih mengharap kritik dan
saran dari pembaca yang budiman.
B.
Pengertian
Teknologi
Istilah Teknologi kerap kali diungkapkan oleh
hampir setiap orang karena sudah melebur dengan kehidupan seseorang. Sehingga,
dirasa penting untuk menjelaskan definisi dari padanya. Secara etimologis, teknologi
berasal dari dua kata yaitu, Teknikhos dan logos. Teknikhos berarti
metode, yaitu suatu teknik untuk mencapai tujuan praktis, sedangkan Logos
mempunyai makna ilmu. Teknik sebagai akar teknologi juga berarti cara untuk
menghadapi, mengerjakan, menangani dan menyesuaikan hal atau masalah. Dalam
pengertian yang lain, teknologi juga berarti metode teknis, khususnya dalam
riset ilmiah dan juga metode pencapaian yang diinginkan.[1]
Di samping itu teknologi juga di artikan sebagai kemampuan teknik yang
berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang berdasarkan proses teknis; ilmu
teknik.[2]
Secara terminologis Yusuf Hadimiarsa dalam
bukunya mengatakan, bahwa teknologi merupakan keseluruhan sistem untuk
mengelola hasil hingga melahirkan nilai tambah.[3]
Kemudian Nasution juga mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu
dasar yang memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu.[4]
Namun di sisi lain dia mengatakan, bahwa teknologi adalah wujud dari upaya
amnesia yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu
pengetahuan/sains sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi
semua umat manusia di muka bumi ini.
Sementara AECT (Association of Education and
Communication Technology) 2004, memberikan definisi sebagai berikut, “Educational
technology is the study and ethical practice of facilitating learning and
improving performance by creating, using, and managing appropriate technological
processes and resources”, yakni teknologi pendidikan adalah studi dan
praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja
dengan cara menciptakan, menggunakan atau memanfaatkan, dan mengelola proses
dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap
untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull)
dan meningkatkan kinerja.
Sedangkan Teknologi
Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan,
mengelola, dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber belajar. Definisi ini
lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit. Definisi ini
menegaskan adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan
desain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan
kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog
pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan
tersebut.
Di samping
itu, Tom Cutchall (1999) mengemukakan bahwa “Instructional
technology is the research in and application of behavioral science and
learning theories and the use of a systems approach to analyze, design,
develop, implement, evaluate and manage the use of technology to assist in the
solving of learning or performance problems.[5]
Semua teknologi
pada hakikatnya adalah proses untuk mendapatkan nilai tambah. Proses itu memang
menghasilkan produk yang bermanfaat. Sedangkan pemanfaatan produk itu tidak
terlepas dari unsur budaya lain atau sistem yang telah ada. Jacques Ellul
(1967), seorang sosiologi Prancis, mengartikan teknologi sebagai keseluruhan
metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap
kegiatan manusia.[6]
Gary J. Anglin (1991) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu
perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan mensistemi untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia.[7]
Dari definisi
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi merupakan metode teknis yang
digunakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan hasil yang maksimal (nilai
tambah). Metode ini tidak hanya dipakai dalam satu sektor kehidupan, melainkan
dapat dimanfaatkan pada banyak sektor. Dalam pembahasan ini, pendidikan
mendapatkan perhatian utama untuk menjadi bahan kajian yang berhubungan dengan
teknologi.
Selanjutnya, berdasarkan paparan sebelumnya,
maka teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja
dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang
memadai.[8]
Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori
belajar dan pembelajaran mencakup proses dan sistem dalam belajar dan
pembelajaran, teknologi pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam
proses mengembangkan kemampuan manusia.
C.
Sejarah Ringkas
Perkembangan Teknologi
Teknologi berkembang sejak awal periode Islam.
Apresiasi umat Islam terhadap ilmu pengetahuan pada saat itu sangat
menakjubkan. Pada bidang astronomi, ilmuwan Islam mendirikan beberapa
observatorium Bait
al-Hikmah di Baghdad, observatorium Da>r al-Hikmah di Kairo dan
observatorium Taqi
al-Di>n
di Istambul. Orang-orang barat baru mendirikan dan memiliki
observatorium sendiri pada tahun 1580 di Tycho Brahe (Denmark).[9]
Pada saat itu pula, telah banyak lahir ilmuwan dan ahli pengembangan teknologi
muslim, diantaranya:[10]
1.
Ja>bir Ibnu Hayya>n atau Jaber
(721-815 H) adalah orang pertama yang menggunakan metode empiris dalam kegiatan
observasinya, Jaber mendirikan bengkel dan menggunakan tungku untuk mengelola
mineral dan mengekstrasi zat kimia dari mineral itu dan mengklasifikasikannya.
2.
Muhammad Ibnu Zakariyyah al-Razi>, adalah ilmuwan
yang menggunakan alat khusus proses yang lazim dilakukan ahli kimia, seperti
distalasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Dalam konsepsi al-Razi> golongan
logam dibagi menjadi, jiwa tubuh, batu, vitricl, borax dan garam.
3.
Abu Ali> al-Hasan Ibnu Haitha>n (965-1039 H)
atau al-Hazen, berhasil membuat cermin-cermin parabola dan sferis (bulat) serta
menemukan perbandingan antara sudut datang dan sudut pergi pada bidang-bidang
datar sehingga karyanya merupakan hasil penelitian yang lebih dahulu dari
karya-karya di barat berkaitan dengan sifat-sifat cermin dan lensa.
Salah satu pengaruh kebangkitan eropa adalah
penerjemah ilmu-ilmu Islam dari bahasa arab ke bahasa latin. Bangsa barat
kemudian mulai banyak mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Munculnya
paradigma Newtonian yang bersifat mekanistik deterministik, yaitu apabila
kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan terlebih dahulu secara benar dan
akurat, maka kondisi selanjutnya dapat diprediksi secara lebih benar dan tepat.
Paradigma inilah yang memacu timbulnya revolusi industri di Inggris dan
menjalar ke daratan Eropa, bahkan ke Amerika.[11]
Terjadinya mekanisasi pada abad ke-17 diikuti
energisasi pada abad ke-18, yaitu ditemukannya mesin uap, kapal uap, kereta
uap, motor uap, dan penumbuk gandum. Optimalisasi pada abad ke-18 dan 19 dan
otomatisasi pada abad ke-19 dan 20, dengan mesin-mesin mobil, pesawat terbang
dan sebagainya.[12]
Sedangkan menurut Micnio Kaku ada tiga revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi
pada abad ke 20 dan 21, antara lain:[13]
1.
Revolusi
Quantum: Revolusi Quantum dengan segala aplikasi
teknologi dan rekayasa industrinya telah memungkinkan manusia membuat
bahan-bahan atau materi-materi baru non alamiah dengan kekuatan dan sifat-sifat
yang lebih baik dibanding materi alamiah.
2.
Revolusi
Komputer: Revolusi komputer dengan segala aplikasinya
juga telah memungkinkan umat manusia mengerti bagaimana sesungguhnya otak
manusia bekerja. Komputer dengan sistem kerja robotik yang meniru kerja
otak manusia sedang dirancang untuk dibuat.
3.
Revolusi
Biomolekuler: Revolusi ini memberikan hal-hal baru dalam
dunia kedokteran, seperti rekayasa genetika, trans genetik dan cloning,
telah memungkinkan manusia untuk mengerti lebih dalam dari mekanisme kehidupan.
D.
Manfaat
Teknologi
Penemuan
macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma,
cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi
pembelajaran, antara lain metode penyampian dan cara penilaian. Alat-alat
pembelajaran kebanyakan tidak diciptakan khusus untuk keperluan pembelajaran,
kecuali mesin belajar. Selain itu pembelajaran memanfaatkan hasil teknologi
seperti film, radio, TV, komputer dan sebagainya.[14]
Adanya
alat pembelajaran yang serba lengkap belum tentu menjamin pemanfaatannya dalam
pendidikan, sering terjadi gap antara “hardware” dan “software”.
Banyaknya ragam alat pendidikan juga menimbulkan kesulitan
untuk memiliki alat yang sesuai dengan bahan ajar atau materi pelajaran
tertentu. Untuk memanfaatkan alat teknologi pendidikan dibutuhkan keterampilan dari pihak guru, serta sikap positif
terhadap perkembangan alat teknologi pendidikan. Betapapun majunya alat
teknologi pendidikan senantiasa memerlukan peran guru.
Selain itu tujuan
pembelajaran, jika lebih spesifik maka akan lebih bagus. Karena tujuan
pembelajaran yang spesifik, memudahkan pendidik dalam membimbing siswa untuk
mencapai target setelah pembelajaran telah diselesaikan.[15]
Oleh karena itu perlu adanya keahlian dalam pengembangan tujuan pembelajaran
dari tujuan instruksional umum
kepada tujuan instruksional khusus.
Selain dari itu sebaiknya tujuan pembelajaran juga disampaikan kepada siswa
sebelum proses pembelajaran dimulai. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
mengaitkan prilaku atau prestasi yang diharapkan.[16]
E.
Peran
Teknologi dalam Dunia Pendidikan
Penggunaan teknologi sangatlah bermanfaat
dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam
merupakan sub sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Perjalanan Pendidikan Islam
tidak terlepas dari pasang surutnya sistem Pendidikan Nasional itu sendiri,
sebagaimana tidak terlepasnya umat Islam ketika kita membicarakan nasib bangsa
ini, dan bahkan Pendidikan Islam mempunyai sejarah panjang di Indonesia yang
telah ikut mewarnai kehidupan bangsa ini baik masa sebelum penjajahan bahkan
setelah Indonesia merdeka.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dimana masyarakatnya mayoritas memeluk Agama Islam, seharusnya Pendidikan Islam
mendasari pendidikan-pendidikan lainnya, serta menjadi primadona bagi peserta
didik, orang tua, maupun masyarakat. Demikian juga halnya dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan seharusnya Pendidikan Islam dijadikan tolok ukur
dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa.[17]
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, maupun
para pakar pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan tak terkecuali
Pendidikan Islam sudah sejak lama namun hasil yang dicapai belumlah maksimal.
Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan masih bersifat parsial, terkotak-kotak
dan tidak komprehensif. Sehingga wajar apabila output peserta didik dari
pendidikan Islam kurang memberikan hasil yang maksimal baik terhadap peserta
didik, orang tua, maupun masyarakat.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini maka
teknologi pendidikan dalam pendidikan Islam juga diterapkan, agar dapat
mendukung pendidikan Islam itu sendiri. Penggunanaan teknologi dalam praktek
pendidikan Islam harus juga melihat situasi dan kondisi dimana teknologi
pendidikan itu akan digunakan dalam praktek pendidikan Islam.
Jangan salah mengartikan bahwa teknologi
pendidikan tidak hanya berhubungan dengan peralatan teknik dan media yang
dipakai dalam pendidikan, seperti: overhead, projector, televise, slide
projector, audio tape, rekaman video dan sebagainya.[18]
Teknologi pendidikan memiliki arti yang lebih
luas dari penjelasan di atas, teknologi pendidikan dapat didefinisikan
pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem, teknik dan alat untuk tujuan
meningkatkan proses belajar mengajar bagi manusia.[19]
Jadi dalam prakteknya teknologi pendidikan dalam pendidikan bukan hanya
penggunaan alat-alat elektronik dalam pembelajaran di kelas tetapi di luar itu
teknologi pendidikan juga memiliki peran.
Misalnya dalam prakteknya teknologi pendidikan
dalam pendidikan Islam, perumusan tujuan pendidikan didasarkan pada nilai-nilai
keIslaman dengan memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan
amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus
dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji al-Qur’an, salat malam, saum
(puasa) sunnah. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki
kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari. Proses penetapan tujuan
untuk menghasilkan akhlak yang baik sampai proses untuk membentuk dan melatih
akhlak tersebut merupakan proses dalam teknologi pendidikan.
Teknologi
pendidikan memegang peran yang penting untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang. Teknologi pendidikan merupakan pendekatan sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi
pendidikan, maka terjadilah kecenderungan-kecenderungan, sebagai berikut:[20]
1.
Terjadinya
arah gradual ke arah pendekatan belajar yang lebih berpusat terhadap peserta
didik (student centered approach learning). Perubahan ini ditandai oleh
semakin bertambahnya penggunaan media belajar yang diindividualisasikan.
2.
Pertambahan
secara eksplosif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara praktis
dalam semua aspek pendidikan.
Kurikulum dan teknologi
pendidikan saling melengkapi. Teknologi pendidikan berfungsi memperkuat
pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum dikembangkan, maka itu menjadi
fungsi teknologi pendidikan. Terminologi teknologi tidak hanya berkaitan
tentang alat-alat atau mesin, namun juga berkaitan dengan kegiatan menerapkan
ilmu atau pengetahuan atau usaha memecahkan masalah. Dengan demikian teknologi
adalah penerapan ilmu pengetahuan yang sistematis untuk melakukan suatu
kegiatan.
Teknologi
pendidikan memiliki peran yang besar pada pengembangan kurikulum karena dalam
merancang, menyusun, dan mengembangkan kurikulum menjadi sumber yang menentukan
strategi pembelajaran dengan menempatkan pengajar tidak hanya sebagai
pelaksana, namun juga sebagai perekayasa dalam proses pembelajaran. Rekayasa
dilakukan pengajar yaitu pada prangkat keras dan pada perangkat lunak atau
program belajarnya. Langkah-langkah mengembangkan program belajar:[21]
1.
Tahap program behavioral
technology, tahap ini adalah pengembangan program pembelajaran dengan
menganalisis tingkah laku dalam proses pembelajaran dan setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2.
Tahap instructional
technology, kemampuan-kemampuan hasil teknologi tingkah laku dikembangkan
ke dalam pengembangan program pembelajaran yang terpilih.
3.
Tahap performance
technology, pengembangan program pembelajaran selalu menggunakan teknik
analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang
diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan
belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil
belajar dengan kebutuhan belajar.
F.
Pengembangan
Pendidikan Islam melalui Teknologi
Sebagaimana
diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan agama Islam merupakan sub sistem
pendidikan nasional sehingga perlu juga perhatian dari elemen pendidikan.
Karena dengannya akan mengalami perkembangan yang selaras dengan tujuan
pendidikan nasional.
Dalam
prakteknya, yakni kegiatan pembelajaran, teknologi juga dapat memberikan warna
dan manfaat dalam pengembangan pendidikan agama Islam. Karena banyak varian
yang digunakan baik berupa teori belajar, memilih kurikulum, memilih media dan
sebagainya. Media sering dikaitkan dengan kata teknologi. Webster mengatakan
bahwa teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan
yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi.[22]
Selanjutnya, jika dikaitkan dengan pendidikan, Achsinn mengatakan bahwa
teknologi merupakan perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan
sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan,
organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.[23]
Oleh
karenanya, dalam kegiatan pembelajaran agama Islam perlu menggunakan dan
memaksimalkan media pembelajaran yang dapat menunjang terhadap pengembangan
pendidikan agama Islam itu sendiri. Mulai dari pendidik yang harus memahami
tentang agama, materi yang disampaikan, media yang digunakan maupun lingkungan
yang ada harus dapat mengembangkan pendidikan agama Islam.
Di
samping itu, kebijakan pemerintah maupun sekolah harus memperhatikan pendidikan
agama Islam. Karena dengan kebijakan itulah seseorang bisa menerjemahkan ke
dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam
hal ini, teknologi sangatlah memberi manfaat besar, yakni mempermudah siswa
dalam menerima pelajaran. Disadari atau tidak, dengan adanya teknologi atau
media dalam kegiatan pembelajaran siswa akan lebih tertarik jika dibandingkan
dengan tidak menggunakan teknologi atau media. Akan tetapi jika pendidik tidak
bisa memanfaatkannya dengan baik, semisal tidak bisa menggunakan atau gagap
teknologi, maka itu akan memberi kesan tersendiri terhadap dirinya.
G.
Penutup
Dari
penjelasan sebelumnya dapat diambil benang merahnya bahwa teknologi dan
pendidikan merupakan dua elemen yang sangat besar peranannya dalam
mengembangkan dan meningkatkan kepribadian seseorang. Hal ini dapat
diindikasikan melalui proses pendidikan dan pembelajaran yang menggunakan
teknologi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan teknologi, kegiatan
pendidikan akan lebih variatif, penggunaan media akan menambah kreatifitas
siswa dan keterampilan serta penguasaan siswa terhadap materi pelajaran akan
lebih komplek.
Penggunaan
teknologi atau media dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan
pelajaran yang disampaikan agar hasil yang diperoleh maksimal. Di samping itu,
juga disesuaikan dengan kemampuan peserta didiknya. Peran teknologi dalam
pengembangan kemampuan anak didik cukup signifikan sehingga menunut pendidik
agar mampu menggunakan teknologi dengan baik, karena dengan teknologi
penyapaian materi akan lebih variatif dan kegiatan akan semakin menarik.
Dalam
mengembangkan pendidikan agama Islam, perlu memperhatikan kebijakan yang
kemudian diterjemahkan ke dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan
pembelajaran berjalan sebagaimana yang diamanahkan. Dalam hal ini, pendidik
merupakan salah satu unsur penting, mulai dari memilih materi, teori, metode,
teknik, strategi maupun media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A. Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar-Mengajar.
Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang, 1986.
Hadimiarsa, Yusuf. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta:
Rajawali, 1986.
Janie, Umar A. Paradigma dan Regulitas Perkembangan
IPTEK; dalamReliguisitas IPTEK, ed, Abdul Munir Mulkam, et.al. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998.
Komaruddin. Ensiklopedi
Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Kuper, Adam dan Jessica Kuper. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Majid, Abdul. Pendidikan Agama Islam Berbasisi Kompetensi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Miarso, Yusuf
Hadi. Menyamai Benih Tekhnologi Pendidikan. PT. Kencana.
Mudhoffir. Teknologi Instruksional. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996.
Munir. Kurikulum Berbasis Tekhnologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta, 2008.
Nasution. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Percival, Fred dan Henry Ellington. Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Erlangga, 1988.
Richey, R.C. Reflections on the 2008 AECT Definitions of the Field.
TechTrends, 2008.
Soejoeti. Al-Islam dan Iptek. Jakarta: Raja Grafindo, 1998.
Wardhana, Wisnu Arya. Melacak Teori Einsten dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Yusuf Qardawi. Al-Qur’an bebicara tentang Akal dan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Webster, Merriam. Webster’s
Ninth New Collegiate Dictionary. Merriam-Webster Inc, 1983.
[1] Komaruddin, Ensiklopedi
Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 848. Dalam sumber lain disebutkan
bahwa teknologi memiliki definisi banyak. Pertama, kata ini mengacu pada sebuah
objek fisik atau artefak, seperti mobil. Kedua, ia bisa mengacu pada sebuah
kegiatan atau proses, system produksi mobil, pola-pola organisasi di sekitar
teknologi kendaraan, perilaku dan pengharapan dari para pengguna mobil, dan
lain sebagainya. Ketiga, teknologi bisa merujuk pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan dalam produksi atau penggunaan teknologi. Tapi secara
konvensional, teknologi telah menjadi pusat perhatian ilmu social dan melihat
dampaknya terhadap masyarakat, atau secara lebih spesifik, atas dampaknya pada
tenaga kerja dan organisasi. Ini sejalan dengan determinisme teknologi yang
dihubungkan dengan beberapa bentuk Marxisme: teknologi memiliki kapasitas untuk
menentukan jalannya evolusi sejarah. Lihat pada Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi
Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 1087.
[2]
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya
Abditama, 2001), 498.
[3] Yusuf Hadimiarsa, Teknologi
Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), 4.
[4] Nasution, Teknologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2.
[5]
http://www.arches.uga.edu/~cutshall/tomitdef.html, pada hari Sabtu, 16
Juni 2012. Definisi menurut Cutchall ini sama seperti definisi AECT 1994. Dia
menekankan bahwa teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu
perilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan
analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan
penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja.
Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun hard-technology)
untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.
[6] Yusuf Hadi Miarso, Menyamai
Benih Tekhnologi Pendidikan, (PT. Kencana) , 302.
[7] Ibid., 302.
[9] Wisnu Arya Wardhana, Melacak
Teori Einsten dalam Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 13.
[10] Soejoeti, al-Islam dan IPTEK,
(Jakarta: Raja Grafindo, 1998), 105-115.
[11] Umar A. Janie, Paradigma dan
Regulitas Perkembangan IPTEK; dalam Religiusitas IPTEK, ed, Abdul Munir Mulkam,
et.al, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 4.
[12] Ibid., 5.
[13] Ibid., 112-113.
[17]Abdul Majid, Pendidikan
Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
161.
[18]
Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan (Jakarta:
Erlangga, 1988), 1.
[19]
Ibid, hal 9.
[20] Munir, Kurikulum Berbasis
Tekhnologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), 39.
[21] Ibid., 39-42.
[22]
Merriam Webster, Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary,
(Merriam-Webster Inc, 1983), 105.
[23]
A. Achsin, Media Pendidikan dalam Kegiatan Belajar-Mengajar,
(Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang, 1986), 10.